Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa
kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja
terdiri dari masa remaja awal ( 10-14 tahun ), masa remaja penengahan ( 14-17
tahun ) dan masa remaja akhir ( 17-19 tahun ).
Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis,
psikologis maupun social. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih
cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikolososial). Seorang remaja tidak
lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang
dewasa, disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua,
di sisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan dukungan orang tuanya.
Orang tua tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak
menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja. Orang tua
menjadi bingung menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja, sehingga tidak
jarang terjadi konflik diantara keduanya.
Kondisi yang merupaka stresor bagi remaja antara lain timbul
berbagai keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya, maupun berbagai
permasalahan yang berdampak social. Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak
terjadi pada remaja antara lain :
1.
Perilaku kekerasan antar pelajar (tawuran)
2.
Menyalah gunakan NAPZA
3.
Perilaku seksual – kehamilan
4.
Bunuh diri
5.
Gangguan depresi
6.
Gangguan psikotik
7.
Gangguan cemas (ansietas)
8.
Masalah diit makanan / malnutrisi
9.
Gangguan obsesi – kompilsif
Kondisi seperti ini, bila tidak segera diatasi dapat
berlanjut sampai dewasa dan dapat berkembang kearah yang lebih negatif. Maka
dari itu, kami disini ingin membahas salah satu gangguan jiwa pada remaja yaitu
”Gangguan Obsesif – Kompulsif”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, kami merumuskan masalah pada
asuhan keperawatan jiwa .
C. Tujuan
Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang
kesehatan jiwa remaja sehingga dapat menciptakan lingkuangan yang kondusif
untuk perkembangan anak.
Tujuan khusus :
1.
Memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan untuk dapat menyampaikan
informasi kepada masyarakat mengenai kesehatan jiwa remaja.
2.
Meningkatkan peran serta mahasiswa dalam menangani remaja bermasalah dan upaya
pencegahannya.
3.
Meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa remaja.
D. Manfaat
Penyusunan
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan jiwa terutama
gangguan jiwa pada anak dan remaja.
E. Metode
Penyusunan
Dalam
penyusunan studi kasus ini, penulis menggambarkan metode deskriptif (mula-mula
data/fakta dikumpulkan, dianalisa, kemudian disimpulkan).
Adapun
teknik pengumpulan datanya dengan Studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan
menganalisa bahan bacaan dari berbagai referensi sesuai dengan masalah yang
dibahas.
Bab ii
Tinjauan
teoritis
A. Selayang
Pandang Gangguan Jiwa Pada Anak Dan Remaja
Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja adalah usia
yang rentan, konsep diri nya belum matang, masih terlalu mudah meniru perilaku
dari idolanya, kemampuan analisisnya masih rendah, kemampuan kontrol emosi juga
masih rendah. Apakah tidak ada aspek positif dari remaja? tentu saja banyak
diantaranya :
a. Spontanitas
Mereka secara spontan melakukan suatu kegiatan tanpa pertimbangan rasiona l dan analisa berpikir, ketika salah seorang teman mereka merokok dan terlihat "Gentleman" di mata mereka maka secara mencuri - curi mereka akhirnya merokok. Petualang, mereka senang sekali bereksplorasi dengan berbagai situasi dan keadaan, ketika sedang hangatnya friendster mereka makai friendster, ketika lagi demam facebook maka mereka ikut membuat account facebook.
Mereka secara spontan melakukan suatu kegiatan tanpa pertimbangan rasiona l dan analisa berpikir, ketika salah seorang teman mereka merokok dan terlihat "Gentleman" di mata mereka maka secara mencuri - curi mereka akhirnya merokok. Petualang, mereka senang sekali bereksplorasi dengan berbagai situasi dan keadaan, ketika sedang hangatnya friendster mereka makai friendster, ketika lagi demam facebook maka mereka ikut membuat account facebook.
b.
Kebebasan
Mereka menuntut kebebasan dari orangtuanya untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan, jika kebebasan ini terfasilitasi maka mereka akan menjadi generasi kreatif yang mampu mengharumkan nama bangsa.
Mereka menuntut kebebasan dari orangtuanya untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan, jika kebebasan ini terfasilitasi maka mereka akan menjadi generasi kreatif yang mampu mengharumkan nama bangsa.
Tetapi tentu saja mereka memiliki
beberapa kelemahan :
a.
Tawuran, ketika melihat film Only
The Strong maka mereka berkeinginan menjadi jagoan, kemudian mereka
mengumpulkan teman - teman mereka dan akhirnya menyerang kelompok remaja lain
untuk menunjukkan eksistensinya.
b.
Sex Bebas, kurangnya kontrol
orang tua dan terlalu mudahnya akses ke situs - situs porno membuat mereka memiliki
keinginan untuk mencoba, percobaan pertama menjadi pengalaman menyenangkan
akhirnya kecanduan menjadi sebuah pengalaman yang berulang.
c. Penyalahgunaan obat, masa remaja adalah masa
transisi, mereka membutuhkan sebuah pembentukan identitas sehingga ketika ada
masalah yang menekan psikologis mereka, kemudian mereka tidak menemukan
seseorang yang mau membantu mereduksi tekanan psikologis mereka akhirnya mereka
melarikan diri ke obat - obatan terlarang, minuman keras bahkan narkotika.
d. Terlibat kegiatan kriminal ringan, karena
mereka masih labil masih mudah dibujuk maka bujukan untuk melakukan sebuah
perbuatan kriminal bisa menjadi ajang pembuktian siapa mereka, akibatnya mereka
harus berurusan dengan aparat akibat kesalahan mereka tersebut.
Masih banyak hal lain yang terjadi pada
remaja, salah satu hal menyakitkan yang menimpa remaja adalah gangguan jiwa,
mengapa remaja bisa terkena gangguan jiwa dan apa penyebabnya?
a.
Sibling rivalry, persaingan dengan sudara kandung, "seorang anak yang
dibandingkan dengan sauadara kandungnya secara terus menerus dan dalam jangka
waktu lama maka dia bisa mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah"
b.
Loneliness, kesepian atau kesendirian adalah sebuah situasi dimana anak tidak
memiliki teman, jarang bermain dengan teman sebaya karena berbagai alasan,
diharuskan mengasuh adik, diminta bekerja oleh orang tua, dipekerjakan oleh
orang lain dll, resiko yang mungkin muncul adalah halusinasi
c.
Salah pergaulan, jika anak salah berkumpul dengan grup yang salah maka mereka
bisa melakukan perilaku kekerasan secara kelompok.
d.
Karena status orang tua, seorang anak yang memiliki seorang bapak yang
ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi kemudian ditahan maka anak tersebut
akan berusaha menghindar dari sosial atau melakukan isolasi social
Banyak
kejadian yang bisa terjadi pada remaja, peran kita sangat dibutuhkan untuk
mencegah hal - hal negatif terjadi pada remaja - remaja yang kita kenal, remaja
- remaja yang kelak akan meneruskan tongkat estafet pembangunan, berikan contoh
positif kepada mereka lewat tayangan sinetron yang mendidik, tayangan televisi
yang mendidik, film - film yang mendidik. Karena semakin gencar bentuk - bentuk
penyimpangan memasuki alam bawah sadar maka ledakan emosi dan gangguan jiwa
hanya menunggu waktu.
Gangguan
jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya tidak
terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi
pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan
jumlahnya kurang dari 20% ( keys, 1998 ). Gangguan hiperaktivitas-defisit
perhatian (ADHD / Attention Deficit-Hyperactivety) adalah gangguan kesehatan
jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana indensinya diperkirakan
antara 6% sampai 9%.
Diagnosis
gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang
mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999).
Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja
adalah sdengan menggunakan teoi perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma
perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
Gangguan
spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi redartasi mental,
gangguan perkembangan, gangguan eliinasi, gangguan perilaku disruptif, dan
gangguan ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-anak dan juga terjadi pada
masa dewasa adalah gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala gangguan
jiwa pada anak-anak atau remaja berbeda dengan orang dewasa yang mengalami
gangguan serupa.
Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak
1.
Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area
perkembangan utama : perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
a.
Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan
dicirikan dengan keterbatasan sustandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan
dengan fungsi intelektual secarasignifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ
dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang ketrampilan adaptasi atau
lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari,
ketrampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan
keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dan berhubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dangerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukul kepala).
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dan berhubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dangerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukul kepala).
c.
Ganguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan
perkembanga yang mengarah pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti
membaca, aritmatika, bahasa, dan artikulasi verbal.
2.
Defisit perhatian dan gangguan perilaku disrutif
a.
Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD)
Dicirikan dengantingkat gangguan
perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sekitanya dua tempat (mis.,
disekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
b.
Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang,
disuptif, dan kesengajaan untuk tidak patuh, termasuk melanggar norma dan
peraturan social. Sebagian besaranak-anak dengan gangguan ini mengalami
penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisocial setelah berusia 18
tahun. Contoh perilaku pada anak-anak dengan gangguan ini meliputi mencuri,
berbohong, menggertak, melarikan diri, membolos, menyalahgunakan zat, melakukan
pembakaan, bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan seranga fisik
terhadap orang lain.
c.
Gangguan penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk
gangguan perilaku yang lebih ringan, meliputi perilaku yangkurang ekstrim.
Perilaku dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat
yang terlihat dalam gangguan perilaku. Perilaku dalam gangguan ini menujukkan
sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah
erhadap frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya.
3.
Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa
a.
Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak terjadi
pada anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang terlihat pada
orang dewasa.
b.
Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang
ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yangpaling dekat dengannya.
Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan somatic, ansietas
berat terjadap perpisahan dan khawatir tentang adanya bahaya pada orang-orang
yang mengasuhnya.
4.
Skizofrenia
a.
Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-gejalanya
dapat meneyrupaigangguan pervasive, seperti autisme. walaupun penelitian
tentang skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku
yang khas (Antai-Otong, 1995b), seperti beberapa gangguan kognitif dan
perilaku, menarik diri secara social, komunikasi.
b.
Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama masa
remaja akhir sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip dengan skizofrenia dewasa.
Gejala awalnya meliputi perubahan ekstrim dalamperilaku sehari-hari, isolasi
social, sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan
perilaku yang tidak disadarinya.
5.
Gangguan mood
a.
Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibanding pada orang
dewasa (Kelter, 1999). Prevalensi pada anak-anak dan remaja berkisar antara 1%
sampai 5% untuk gangguan depresi. Eksistensi gangguan biolar (jenis manik) pada
anak-anak masih controversial. Prevalensi penyakit bipolar pada remaja
diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak sama dengan yang diobservasi
pada orang dewasa.
b.
Bunuh diri. Adanya gangguan mood merupakan faktor yang serius untuk bunuh diri.
Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga padaindividu berusia 15 sampai
24 tahun. Tanda-tanda bahaya bunuh diri pada remaja meliputi menarik diri
secara tiba-tiba, berperilaku keras atau sangat memberontak, menyalahgunakan
obat atau alkohol, secara tidak biasanya mengabaikan penampilan diri, kualitas
tugas-tugas sekolah menurun, membolos, keletian berlebihan dan keluhan somatic,
respon yang buruk terhadap pujian, ancaan bunuh diri yang terang-terangan
secara verbal, dan membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah ( Newman,
1999)
6.
Gangguan penyalahgunaan zat
a.
Gangguan ini banyak terjadi ; diperkirakan 32% remaja menderita gangguan
penyalahgunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alkohol atau zat terlarang
lebih tinggi pada anak laki-laki disbanding perempuan. Risiko terbesar
mengalami gangguan ini terjadi pada mereka yang berusia antara 15 sampai 24
tahun. Pada remaja, perubahan penggunaan zat dapat berkembang menjadi
ketegantungan zat dalam waktu2 tahun sedangkan pada orang dewasa membutuhkan
waktu antara 15 sampai 20 tahun.
b.
Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainya merupakan hal yang banyak
terjadi, termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan perilaku
disruptif.
c.
Tanda-bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah penurunan
fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya, seperti perilaku
menjadi agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga, perubahan
kepribadian dan toleransi yang rendah terhadap frustasi, berhubungan dengan
remaja lain yang juga menggunakan zat, menyembunyikan atau berbohong tentang
penggunaan zat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Gangguan Jiwa Obsesif-Kompulsif
1.
Definisi Obsesif – Kompulsi
-
Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menggangu (intrusif).
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
-
Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (”Persistent”) timbul, biarpun tidak
diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
(Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)
(Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)
-
Kompulsi adalah pikiran atau yang disadari, dilakukan dan rekuren, seperti
menghitung, memeriksa, mencari, dan menghindari.
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40 - 41)
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40 - 41)
-
Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi
menurunkan kecemasan melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat.
Seseorang dengan gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas
dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distorik.
-
Gangguan obsesif-kompulsi merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaa,
karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna
pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social yang
biasanya, atau ubungan dengan teman dan anggota keluarga.
2. Etiologi
Tidak ada
penyebab tunggal dalam gangguan mental pada anak-anak dan remaja. Berbagai
situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor
lingkungan berkombinasi secara kompleks.
1. Faktor-Faktor
Psikobiologik
·
Riwayat genetika keluarga
Seperti retardasi mental, autisme,
skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan
ansietas.
·
Abnormalitas struktur otak
Penelitian
menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada
pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.
·
Pengaruh pranatal
Seperti infeksi
maternal, kurangnya perawatan pranatal, dan ibu yang menyalahgunakan zat,
semuanya dapat menyebabkan abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan
dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya
suplai oksigen pada janin sangat signifikan dalam terjadinya retardasi mental
dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
2.
Faktor-Faktor Somatic
(somatogenetik) atau Organobiologis
·
Cacat
kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih
yang berat, sperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi umumnya pengaruh
cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergsntung pada individu itu,
bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri trhadap keadaan dirinya yang cacat
atau berubah itu. Orang tua dapat mempersulit penyesuaian ini dengan
perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan). Penolakan atau tuntutan ang
sudah diluar kemampuan anak.
3.
Dinamika Keluarga
·
Sibling Rivalry
persaingan dengan sudara kandung,
"seorang anak yang dibandingkan dengan sauadara kandungnya secara terus
menerus dan dalam jangka waktu lama maka dia bisa mengalami gangguan konsep
diri harga diri rendah".
·
Disfungsi sistem keluarga
Misalnya kurangnya sifat pengasuhan,
komunikasi yang buruk, kurangnya batasan antar generasi, dan perasaan terjebak
disertai dengan keterampilan koping yang tidak adekuat antara anggota keluarga
dan model peran yang buruk dari orang tua.
·
Penganiayaan anak.
Anak yang terus-menerus dianiaya pada
masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya kurang adekuat (terutama otak
kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan
berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan belajar,
impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
4. Faktor
Sosio-budaya
·
Kemiskinan
Perawatan
pranatal yang tidak adekuat, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya
kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk
pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
·
Budaya keluarga.
Perilaku orang
tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan
kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
·
Loneliness
kesepian
atau kesendirian adalah sebuah situasi dimana anak tidak memiliki teman, jarang
bermain dengan teman sebaya karena berbagai alasan, diharuskan mengasuh adik,
diminta bekerja oleh orang tua, dipekerjakan oleh orang lain dll, resiko yang
mungkin muncul adalah halusinasi.
3.
Manifestasi klinik / Perilaku
Obsesif dan kompulsif memiliki siri
tertentu, secara umum diantaranya :
a.
Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus
menerus ke dalam kesadaran seseorang.
b.
Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang melakukan
tindakan kebalikan melawan gagasan atau impuls awal.
c.
Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami
sebagai makhlu asing bagi pengalaman seseorang tenang dirinya seagai makhluk
psikologis.
d.
Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut,
orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
e.
Orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu
dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari semua pasien
memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80% dari semua
pasien percaya bahwa kompulsi adalah irasional.
f.
Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian juga
pada anak-anak remaja.
4.
Psikodinamik
Individu
yang mengalami OCD diduga menggunakan empt tipe mekanisme pertahanan : regresi,
isolasi, formasi reaksi, dan undoing. Individu penderita OCD diyakini mengalami
regresi dan menjadi terfiksasi pada tahap anal menurut freud.
Mereka
yang mengalami tipe kompulsi rapid an teratur dikatakan berada pada tahap anal
– retentive ; tipe berantakan atau agresif dikatakan berada pada tahap anal –
eksplosif. Misalnya, klien yang tidak ingin merawat orangtuanya yang sakit,
tetapi menyadari bahwa hal tersebut tidak dapat diterima secara social,
mengalami regresi ketingkat perkembangan sebelumnya (anal – retentive) dan
melakukan ritual yang memberikan rasa nyaman, misalnya mencuci atau
mengupayakan segala sesuatu menjadi teratur ; mengisolasi peristiwa tersebut
dari emosi dan tidak nyaman dengan emosi (ansietas); menggunakan formasi reaksi
untuk menyingkirkan pikiran tidak mau merawat orang tuanya; dan menjadi seorang
“ anak – super “’, erawat orangtuanya dengan baik dan menjaga kebersihan
lingkungan sehingga menggagalkan (undoing) impuls awal yang tidak dapat
diterima untuk mengabaikan kebutuhan orangtuanya.
Persamaan
menarik yang mengaitkan OCD dengan regresi ialah observasi bahwa jika ritual
OCD individu terganggu, ia harus memulai lagi dari awal. Hal ini serupa dengan
orangtua yang ingin mendapatkan pokok cerita kemudian memotong cerita anaknya
yang berusia empat tahun hanya untuk menemukan bahwa anak tersebut harus
memulai kembali cerita tersebut dari awal. Pada akirnya cerita tersebut memakan
waktu dua kali lebih lama.
5.
Mekanisme Koping
Sigmun
freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menentukan
bentuk dankualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif :
a.
Isolasi
Adalah mekanisme pertahanan yang
melindungi seseorang dari aspek danimpuls yang mencetuskan kecemasan.
b.
Meruntuhkan (UNDOING)
Adalah suatu tindakan kompulsif yang
dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau menentukan akibat yang secara
irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang
menakutkan.
c.
Pembentukan Reaksi (Raction Fomation)
Pembentukan rekasi melibatkan pola
perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas
berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali pola yang terlihat oleh pangamat
adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.
d.
Pikiran Magis
Adalah regresi yang mengungkapkan
cara pikiran awal, ketimbang impulas ; yaitu fungsi ego dan juga fungsi id,
dipengaruhi oleh regresi yangmelekat padapikiran magis adalah pikiran
kemahakuasaan.
e.
Faktor prepitasi kebanyakan mengarah kepada kejadian ataupun peristiwa yang
menyebabkan stress karena tidak efektifnya koping individu terhadap stress
tersebut.
6.
Penatalaksanaan
SSRI
adalah obat – obatan terkini yang disetujui untk mengobati OCD. Fluvoksamin
(Luvox), paroksetin (paxil), sertralin (Zoloft), dan fluoksetin (Prozac)
disetujui untuk mengobati OCD. SSRI tidak bisa diberikan bersamaan dngan MAOI
karena dapat enyebabkan krisis hipertensi. Pemberian MAIO harus dihentikan tiga
sampai lima minggu sebelum memulai pemberian SSRI untuk menghindari krisis
hipertensi. Keberhasilan terapi OCD dengan menggunakan SSRI memperlihatkan
bahwa serotonin berperan dalam proses penyakit ini.
Antidepresan.
Antidepresan.
Obat
pertama yang ditemukan untuk mengurangi perilaku OCD berulang dan tidak dapat
dikendalikan ialah klomipramin ATS (Anafranil). Obat ini diyakini menghambat
reuptake erotonin edan norepineprin di sinaps. ATS kemungkinan efektif dalam
mengobati OCD karena menyekat reuptake norepineprin dan serotonin. Obat –
obatan ini tidak adiktif dan terapi jangka panjang direkomendasikan. Pemberian
MAOI harus dihentikan tiga sampai lima minggu sebelum memulai pemberian ATS
untuk menghindari krisis hipertensi. Ada periode keterlambatan atau sampai tiga
minggu sebelum gejala mulai berkurang. Ansiolitik. Buspiron ansiolitik (BuSpar)
dan klonazepam (Klonopin) adalah satu – satunya obat yang efektif dalam
mengatasi OCD.
7.
Perjalanan Penyakit dan Prognosisnya
Lebih dari
setengah pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki onset gejala yang
tiba-tiba. Kira-kira 50%-70% pasien memiliki onset gejala setelah suatu
peristiwa yang menyebabkan stress. karena banyak pasien tetap marahasiakan
gejalanya, maka sering kali terlambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien dating
ntuk perhatian psiaktrik, walaupun keterlambatan tersebut keungkinan
dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran atau gangguan tersebut diantara
orang awam dan professional. Perjalan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi
; bebrapa pasien mengalami perjalan penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain
mengalami perjalan penyakit yang konstan.
Kira-kira
20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan defresi
berat dan bunuh dii adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif. Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah
(bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh
(bizarre) perlu perawatan di rumah sakit, gangguan defresi berat yang
menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)
yaitu penerimaan obsesi dankompulsi dan adanya gangguan kepribadian (terutama
gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian
social dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat
gejala yang episodik. isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan
prognosis.
B. Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
OCD
biasanya diobati di komunitas. Perawat harus meluangkan waktu yang adekuat,
mungkin dengan beberapa kali kunjungan, untuk mengidentifikasi rentang perilaku
OCD. Untuk pengkajian yang akurat, perawat perlu memperoleh informasi yang spesifik
tentang perilaku OCD untuk menetapkan suatu pola perilaku, termasuk perilaku
atau ritual yang dilakukan, kapan dan berapa kali dilakukan, dan respons klien
terhadap perilaku mengurangi kecemasan ini.
Pengkajian keperawatan harus mencakup hal-hal berikut :
Pengkajian keperawatan harus mencakup hal-hal berikut :
-
Deskripsi perilaku
-
Kapan perilaku paling sering terjadi
-
Peristiwa / perilaku spesifik individu lain yang meningkatkan dan mengurangi
perilaku.
-
Berapa kali dalam sehari kompulsi terlihat
-
Jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap pengulangan ritual.
Informasi ini dapat digunakan untuk mengkaji berapa lama waktu yang diluangkan
dari aktivitas hidup sehari-hari dan nantinya akan membantu untuk menetapkan
batasan waktu pelaksanaan ritual.
-
Jumlah pengulangan pada setiap set perilaku.
-
Bagaimana klien berespons ketika melakukan perilaku mengurangi kecemasan ini.
-
Tindakan klien ketika sesuatu atau seseorang menggunakan pelaksanaan ritual.
2.
Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan
-
Masalah Keperawatan
a.
Tidak efektifnya koping individu
b.
Gangguan konsep diri : HDR
c.
Isolasi social : menarik diri
d.
Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik
e.
Tidak efektifnya koping keluarga, ketidakmampuan keluarga merawat klien di
rumah
f.
Kerusakan komunikasi verbal
g.
Proses pikir waham
-
Diagnosa Keperawatan
a.
Isolasi social menarik diri berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu
b.
Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan harga diri rendah
c.
Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluaga merawat klien di rumah
d.
Kerusakan komunikasi vebal berhubungan dengan waham
3.
Intervensi
-
Intervensi keperawatan untuk klien yang mengalami OCD
a.
Kembangkan hubungan terapeutik
b.
Tawarkan dorongan, dukungan, dan bantuan
c.
Jelaskan kepada klien bahwa anda percaya ia dapat berubah
d.
Kurangi waktu klien secara bertahap untuk melakukan perilaku ritual
e.
Diskusikan fungsi ritual dalam kehidupan klien, tanpa penilaian.
f.
Klien menggunakan teknik perilaku imajinasi, relaksasi progresif,menghentikan
pikiran, dan meditasi untuk mengurangi ansietas
g.
Klien meminum obat-obatan yang diprogramkan dengan aman
h.
Klien mengatakan keinginannya untuk tetap meneruskan terapi
i.
Klien melakukan kembali aktivitas social, keluarga dan pekerjaan
j.
Keluarga memperlihatkan penurunan partisipasi dalam secondary gain klien yang
terkait dengan perilaku OCD dan meningkatkan perhatian selama aktivitas
non-OCD.
4.
Evaluasi
a.
Klien mengungkapkan perasaannya
b.
Klien mau dibantu oleh orang lain
c.
Klien memahami bahwa dirinya bias berubah
d.
Klien mengikuti
e.
Klien mengetahui dan memahami
f.
Klien mengikuti anjuran perawat
g.
Klien mengikuti anjuran perawat
h.
Klien mengerti apa yang terjadi dengan dirinya
i.
Klien melakukan aktivitas sesuai biasanya
j.
Klien mengerti
Bab iv
Penutup
A.
Kesimpulan
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan
penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif
atau tindakan komplusif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama
sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk
penatalaksanaan gangguan obsesif-kompulsif antara lain terapi farmakologi
(farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan beik
apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang
bersifat periodik.
B.
Saran
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa
sebagai bekal ketika praktek belajar lapangan jiwa (PBL Jiwa) di rumah sakit jiwa,
dan mampu melakukannya secara komperhensif dan sesuai teori.
Daftar
pustaka
Videbeck,
Sheila L.2oo1. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Isaac, Ann.2004. Panduan Belajar ; Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik . Jakarta : EGC
Keliat, Budi Aaan, dkk. 1990. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Doenges, MerilynnE, dkk.2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri edisi 3. EGC
Yosep,Iyus.2007.
Keperawatan Jiwa Ed.Revisi .Bandung:Refika Aditama.
Hamid, Achir yani S. 1999. Askep Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : Widya Medika.
www.google(teori keperawatan jiwa).com